Thursday, October 26, 2017

Sudung-sudung[1] jingga untuk berkisah


Kita tak lagi memiliki sesudung untuk berkisah. Lalu kemanakah larinya kebahagiaan dan keluh kesah kita? Dimakah kita akan bercerita tentang air yang tergantung di jendela? Pikiran ku penuh denganmu, hanya kamu. Ada dimakah dirimu kekasih? Apa yang kita punya sekarang hanyalah kalimat-kalimat nirkata. Hanya hati merasai, apa yang terjadi padaku, apa yang terjadi padamu.
Kita hanya mampu berdiam diri dan menyimpan segudang cerita. Jika nanti kita bertemu di persimpangan kota.
Sebersit keyakinan, kekakuan akan muncul pada persimpangan itu. Mungkin apa yang selalu kita yakini hadir akhirnya muncul jua. Keheningan pada suatu rasa. Mendengarkan kata batin yang selalu mencinta. Hanya kita yang tahu semua itu, biarlah begitu, biarlah begitu adanya. Mengosongkan pikir: dari galau semesta, teriakan ilalang, dan tangisan burung kertas yang terbuang.

Kemanakah kita akan bersembunyi dan melepas peluk seadanya? Kemanakah rasa aneh yang tergendong ini akan tiba, dimakah perhentiannya? Dimanakah aku harus melabuh kemudian? Sementara itu pesan terus bergulir, dan penantian menancapkan gelisah tak terperi. Kita ada dimana, perangai cita?

Apakah akan selalu begini adanya, keinginan bertemu hanya sebatas ingin, dan berwujud doa dalam sujud terakhir. Keinginan bertemu hanya mampu berakhir pada kyahalan: cita-cita. Berwujud bayang-bayang merajah nyata. Doaku untuk kita, kasih, adalah rela dan kekuatan yang kencang, dan kebahagiaan berpesta dalam kenanga. Bukan duka menyelimuti mawar hitam itu.
Ingatan ini kasih, terpatri dalam ruang indah sel darah. Mengalir seadanya dan seterusnya. Ingatan ini kasih, berada dalam tubuhku penuh manis. Tak ada sesal sayang, kita akan bersama lagi suatu hari. Dalam hening yang kita temukan. Ingatan ini, membawa perih yang mengingatkanku: betapa aku mencintaimu. Luka, adalah salah satu batas yang teringat tentang kadar cinta.

Dalam batas pikiran tentang sesudung, persimpangan, doa dan ingatan, aku menyimpan sekecup hangat yang menggebu, untuk kuberikan di kehangatan pagi. Cinta ini kasih, tersimpan rapih dalam sumbu rayu. Siapkan sesudung jingga itu, sebagai petak selubung harapan bahagia dunia kita.

27 November 2007



[1] Saung

Tuesday, October 24, 2017

hilang

Please, don't see
Just a boy caught up in dreams and fantasies
Please, see me
Reaching out for someone I can't see
Take my hand



rengkuh tanganku yang membuka menunggu uluran tangamu. Menunggu, menangis, menanti pelukanmu. Sungguh bila saja kau bisa melihat betapa besar mataku membuka dan senyumku merekah saat kulihat namamu muncul di layar ponselku.
perasaan yang aneh, sungguh. Kemarhan karena tersadar kebutuhanku akan dirimu tak sebesar asa mu mengejarku. Tapi juga bahagia karena pada akhirnya kau mencariku.

Selalu aku menjadi gadis kecil bodoh ini, yang membuka dekapannya untuk menjadi pelarianmu. Biarlah. Biarlah. Memang ini adanya aku. 

kembalilah padaku. aku kangen kamu.

I thought I saw you out there crying
I thought I heard you call my name
I thought I heard you out there crying
But are we all lost stars
Trying to light up the dark?

Monday, October 23, 2017

PB birthday

Hari ini hari ulang tahunmu. Aku tak bisa berbuat apa-apa karena kau jauh dari jangkauan. Tapi aku ingat.
Aku ingat ini hari ulang tahunmu.
Padahal, aku tak pernah ingat ulang tahun siapa-siapa.
Hari ini ulang tahunmu dan aku menghukum diriku, karena aku tak bisa menyampaikan padamu doa-doaku.
Tapi tahulah, tak menunggu ulangtahun, setiap hari aku mendoakanmu.

Doa, cuma itu yang aku punya.

Aku ingin sampaikan padamu berbagai hal. Aku ingin kau tau, aku ingat ulang tahunmu. Sudah kubelikan sekecup cium dan kusiapkan sebingkis kado. Tapi tak bisa kuapa-apakan. Terdiam saja disitu.

Karena kau tak terjangkau.

Di luar jangkauan

Tak mampu kuraih.

Sapalah aku, kembalilah hanya untuk sekedar senyum. Kita tak pantas menjunjung nirkata.

Selamat ulang tahun. Kuharap suratku ini sampai. Entah lewat apa. Mungkin saja ada keajaiban. Kau membaca.

Lagi perlu kuucap, selamat ulang tahun..

_untuk Papa B yang bukan lagi Papa_

Friday, October 13, 2017

sarkasme

Pernah, pada suatu lintasan masa yang tak jauh dari saat ini, aku memimpikanmu. Membayangkan apa yang terjadi jika pada saat itu aku memilihmu. Pasti tak akan ada derai itu.

Banyak, pada perdetakan hidupku, aku menelusuri lorong-lorong gelap masa lalu. Melintasi jalur-jalur setapak kepedihan dan air mata. Ada kamu, dia, mereka. Oknum-oknum yang hadir melipur laraku.

ada percobaan yang seringkali tak kuingat. Ada persinggahan yang jarang kuucap. ada pelancongan yang menarikku dari garis edar. Ada tiga rasa cinta yang sulit ditera. dan satu drama penuh kebohongan.
tak pernah ingin kuingat semua cerita itu. menyakitkan sekaligus memalukan. Aku sudah berserah pada apa yang kumiliki saat ini. Cinta yang dalam dan abad, serta kenyamanan dalam rasa aman.

Tapi... terkadang mereka memanggil, bahkan menarikku. Atau aku yang tak tahan goda?

sejak aku bertemu dan berpisah denganmu, aku sering kembali pada ingatan tentang kamu. Kamu yang berkaus lusuh dengan kemeja kotak-kotak serta parfum pinjaman. Kau hanya bermodal kasih sayang yang seringkali kupertanyakan.

Apa yang kemudian akan terjadi jika aku memilihmu? Dua pecinta buta yang tak punya arah dan rencana. Hanya punya kata-kata dan cerita. Masih beruntung, kita punya harapan. Jika jadi, kita bersama, akan terus menjadi keinginan, rumah di tepi hutan itu. Indah sekali mimpi-mimpi kita. Dua orang pengkhayal tak bermodal.

Ingatkah kamu, sebuah kisah tentang kamu disuatu sore? Kisah tentang pertemuan kita di masa yang akan datang. Pada kisah itu, khayalan ku memadu, kau mendukung. Khayalan tentang kekalnya cinta kita sehingga kisah baru tak menutupinya. bullshit. aku tak percaya lagi cinta macam itu. Itu cinta anak-anak. tanpa akal dan logika.

ah.. tapi, mana bisa cinta dicampur dengan akal dan logika. Asal muasalnya pun berbeda. lagipula, berapa kalipun aku bilang bullshit, tetap saja aku mengejarnya.

Mengingatmu selalu saja membuat hatiku berguncang. Seperti ada tsunami didalamnya. Porak poranda. Ingin berlari namun ada ombak membawa. Gunjang ganjing, teriakan panik. Namun aku slalu tau, yang ada dalam benakku memang selalu KAMU dalam bayanganku. Dirimu yang asli, dirimu yang nyata tersentuh, adalah pribadi yang sangat jauh berbeda. Diluar tubuhmu yang selalu hangat, kamu adalah pribadi dingin yang sarkastik.
Entah bagaimana aku bisa terdampar dalam mencintaimu. Selalu kembali kepadamu. Mungkin karena, aku tahu bahwa sarkasme kamu, adalah usahamu menutupi harapan tinggi. dan didalam kamu adalah seorang pecinta, pujangga. Mungkin karena, pada akhirnya aku selalu jatuh cinta pada setiap orang yang memberikan perhatian padaku? Perhatian pada detailku, dengan cara yang tak lazim. Aku selalu jatuh cinta pada mereka-mereka yang tidak mati-matian memujaku. Pada mereka-mereka yang kutahu akan menyakitiku.
Aku selalu mencari drama.

lahan-lahan aku berpuisi, menghayati rasa.

kamu adalah sosok tepat itu. Kamu berpuisi, bermain rasa. Kamu selalu begitu masuk dan hanyut dalam arus cerita. Kamu adalah setiap titik dalam kalimatku. Kamu selalu hentikan khayalku, menyadarkan nyata. Mengguyur hangat dengan fakta. Seperti memiliki dua kepribadian, kamu selalu ikut berkhayal tapi juga menepis dan menampa KITA dengan nyata. Ketika terbayang kamu, benakku terisi dengan imaji kamar gelap itu. Tempat tidur itu. Penampungan itu. Lagu melankolis tentang kerinduan, pulang, perpisahan, selalu menjadi soundtrack kisah kita.

Thursday, October 12, 2017

perisai

seumur hidupku, aku selalu menajdi seorang yang menunggu. Ketika kita berjanji temu disebuah tempat, aku selalu ingin memastikan bahwa akulah yang tiba lebih dulu. Melihat sekeliling memastikan semuanya seusai. Atau sekedar, untuk menyambutmu.
Dalam memulai perbincangan, aku pun selalu menunggu. Aku tak pernah tau cara memulai perbincangan. Seringkali aku mendapati diriku termenung pada layar kosong. Ingin mengirim pesan padamu tapi ragu. Aku ketik dan aku hapus. Begitupun ketika kau nyata dihadapanku, aku ragu untuk memulai bincang.

Aku rindu kamu

nampaknya hanya itu yang bisa kuucap. karena kata-kataku adalah rasa. dan itu yang selaluada. rindu rindu rindu. tak pernah tidak. bahkan ketika kau ada disampingku, memelukku kencang, rasanya belum cukup. biarlah belum cukup. karena ketika cukup, lalu apa lagi yang mau kita kejar?

seumur hidupku, aku selalu menyimpan kenangan. kamu, dia, mereka. kalian selalu ada. Dalam perpijakan hidupku kali ini, ini kali pertama aku menghapus. mencoba menghapus.
demi kesehatan pikiran dan hatiku, aku menghapus kamu. Bukan karena kenangan denganmu pahit, bukan karena kau jahat. bukan karena kamu. Tapi karena, pikiranku dibayang-bayangi perasaan tidak cukup. aku merasa bahwa aku tak pernah cukup. sehingga kau jadikan aku alas mengoser perihmu. itu saja.

aku tak ingin merasa seperti itu. aku ingin kau membutuhkanku sebesar aku membutuhkanmu. 

aku menghapus kamu. karena besarnya harapanku pada mu, membuat anganku terbang tinggi sedangkan aku tak punya pengaman apa-apa. aku tak tau seberapa banyak nyawaku masih tersisa, untuk menjagaku tetap hidup setelah terjatuh beberapa kali.

aku menyadari bahwa aku menikmati rasa sakit ini. Tapi aku tak tahu berapa lama lagi aku bisa bertahan,

sebelum aku akhirnya
mati


Tuesday, October 10, 2017

teriakan sang masokis

Pernahkah kamu merasakan apa yang kurasakan? Seringkali aku menemukan diriku merasakan sesak yang begitu pedih atas kebahagiaan yang bisa jadi semu. Seperti, aku lelah bernafas dan ingin berhenti sebentar saja. Tidak, aku bukan ingin mati. Aku hanya ingin merasakan sedikit saja kehidupan dari apa-apa yang terampas. Pernahkah?
Dan kau tahu bahwa ini adalah sesuatu yang salah namun kau tak punya siapa-siapa yang bisa kau ceritai. Kau tahu bahwa sesiapa yang mendengar ini akan berlari merangkulmu dan mengkhawatirkanmu. Mencoba untuk menyelamatkanmu. Padahal, kau bukan ingin diselamatkan. Kau ingin dipahami dan dijaga. Tanpa penilaian buruk. Tanpa kekhawatiran. Tanpa dianggap gila.
Rasa sakit itu nikmat. Seperti kau benar-benar hidup. Merasa gelap dan hitam dan menangis, itu semua membuatmu merasa lebih lega. Walau pada kejadiannya kau  berharap ada yang bisa memelukmu. Tapi sungguh itu membuatmu merasa lebih nyaman.
Pernahkah kau coba memasukkan kepalamu dalam kumpulan air? Coba untuk tak bernafas dan melihat dimensi yang berbeda. Kau tahan.. kau tahan.. kau tahan.. kau berlomba dengan dirimu sendiri. Melihat seberapa lama kau bisa bertahan. Bukankah menyenangkan?
Untukku juga sama menyenagkannya merasai setiap luka yang hadir.
Taka da yang bisa memahami hal ini. Aku harus diam saja. Dan sebenarnya, diamku sangatlah berbahaya. Karena aku terus menerus membayangkan ikatan tali dileherku. Harus ada seseorang yang bisa menjagaku untuk itu. Aku tak mau sendiri. Aku tak mau mati, sungguh!
Tapi jika tak ada yang bisa menemaniku, aku khawatir suatu hari aku akan melakukannya sendiri.

Ah, setidaknya tamparlah aku kembali ke dunia. Aku membutuhkan kasih saying semacam itu. Sekarang. Sekarang. Sekarang.

Tuesday, October 3, 2017

PB

Do you know how hard it is to let the day passed without you here?
Do you know how hard my night is without the ability to touch or hear you?

I wished that you had held me tight and didnt let me go.

I miss you

Aku dibesarkan oleh para serigala, melihat seleksi alam. Yang kuat yang bertahan. Dan disinilah aku kini, berhasil bertahan. Keinginanku ku...