Pernah, pada suatu lintasan masa yang tak jauh dari saat ini, aku memimpikanmu. Membayangkan apa yang terjadi jika pada saat itu aku memilihmu. Pasti tak akan ada derai itu.
Banyak, pada perdetakan hidupku, aku menelusuri lorong-lorong gelap masa lalu. Melintasi jalur-jalur setapak kepedihan dan air mata. Ada kamu, dia, mereka. Oknum-oknum yang hadir melipur laraku.
ada percobaan yang seringkali tak kuingat. Ada persinggahan yang jarang kuucap. ada pelancongan yang menarikku dari garis edar. Ada tiga rasa cinta yang sulit ditera. dan satu drama penuh kebohongan.
tak pernah ingin kuingat semua cerita itu. menyakitkan sekaligus memalukan. Aku sudah berserah pada apa yang kumiliki saat ini. Cinta yang dalam dan abad, serta kenyamanan dalam rasa aman.
Tapi... terkadang mereka memanggil, bahkan menarikku. Atau aku yang tak tahan goda?
sejak aku bertemu dan berpisah denganmu, aku sering kembali pada ingatan tentang kamu. Kamu yang berkaus lusuh dengan kemeja kotak-kotak serta parfum pinjaman. Kau hanya bermodal kasih sayang yang seringkali kupertanyakan.
Apa yang kemudian akan terjadi jika aku memilihmu? Dua pecinta buta yang tak punya arah dan rencana. Hanya punya kata-kata dan cerita. Masih beruntung, kita punya harapan. Jika jadi, kita bersama, akan terus menjadi keinginan, rumah di tepi hutan itu. Indah sekali mimpi-mimpi kita. Dua orang pengkhayal tak bermodal.
Ingatkah kamu, sebuah kisah tentang kamu disuatu sore? Kisah tentang pertemuan kita di masa yang akan datang. Pada kisah itu, khayalan ku memadu, kau mendukung. Khayalan tentang kekalnya cinta kita sehingga kisah baru tak menutupinya. bullshit. aku tak percaya lagi cinta macam itu. Itu cinta anak-anak. tanpa akal dan logika.
ah.. tapi, mana bisa cinta dicampur dengan akal dan logika. Asal muasalnya pun berbeda. lagipula, berapa kalipun aku bilang bullshit, tetap saja aku mengejarnya.
Mengingatmu selalu saja membuat hatiku berguncang. Seperti ada tsunami didalamnya. Porak poranda. Ingin berlari namun ada ombak membawa. Gunjang ganjing, teriakan panik. Namun aku slalu tau, yang ada dalam benakku memang selalu KAMU dalam bayanganku. Dirimu yang asli, dirimu yang nyata tersentuh, adalah pribadi yang sangat jauh berbeda. Diluar tubuhmu yang selalu hangat, kamu adalah pribadi dingin yang sarkastik.
Entah bagaimana aku bisa terdampar dalam mencintaimu. Selalu kembali kepadamu. Mungkin karena, aku tahu bahwa sarkasme kamu, adalah usahamu menutupi harapan tinggi. dan didalam kamu adalah seorang pecinta, pujangga. Mungkin karena, pada akhirnya aku selalu jatuh cinta pada setiap orang yang memberikan perhatian padaku? Perhatian pada detailku, dengan cara yang tak lazim. Aku selalu jatuh cinta pada mereka-mereka yang tidak mati-matian memujaku. Pada mereka-mereka yang kutahu akan menyakitiku.
Aku selalu mencari drama.
lahan-lahan aku berpuisi, menghayati rasa.
kamu adalah sosok tepat itu. Kamu berpuisi, bermain rasa. Kamu selalu begitu masuk dan hanyut dalam arus cerita. Kamu adalah setiap titik dalam kalimatku. Kamu selalu hentikan khayalku, menyadarkan nyata. Mengguyur hangat dengan fakta. Seperti memiliki dua kepribadian, kamu selalu ikut berkhayal tapi juga menepis dan menampa KITA dengan nyata. Ketika terbayang kamu, benakku terisi dengan imaji kamar gelap itu. Tempat tidur itu. Penampungan itu. Lagu melankolis tentang kerinduan, pulang, perpisahan, selalu menjadi soundtrack kisah kita.
No comments:
Post a Comment