Kita tak lagi memiliki sesudung untuk
berkisah. Lalu kemanakah larinya kebahagiaan dan keluh kesah kita? Dimakah kita akan bercerita tentang air yang
tergantung di jendela? Pikiran ku penuh denganmu, hanya kamu. Ada dimakah
dirimu kekasih? Apa yang kita punya sekarang hanyalah kalimat-kalimat nirkata. Hanya
hati merasai, apa yang terjadi padaku, apa yang terjadi padamu.
Kita hanya mampu berdiam diri dan
menyimpan segudang cerita. Jika
nanti kita bertemu di persimpangan kota.
Sebersit keyakinan, kekakuan akan muncul
pada persimpangan itu. Mungkin apa yang selalu kita yakini hadir akhirnya
muncul jua. Keheningan pada suatu rasa. Mendengarkan kata batin yang selalu
mencinta. Hanya kita yang tahu semua itu, biarlah begitu, biarlah begitu adanya. Mengosongkan pikir: dari galau semesta,
teriakan ilalang, dan tangisan burung kertas yang terbuang.
Kemanakah kita akan bersembunyi dan
melepas peluk seadanya? Kemanakah rasa aneh yang tergendong ini akan tiba,
dimakah perhentiannya? Dimanakah
aku harus melabuh kemudian? Sementara itu pesan terus bergulir, dan penantian
menancapkan gelisah tak terperi. Kita ada dimana, perangai cita?
Apakah akan selalu begini adanya,
keinginan bertemu hanya sebatas ingin, dan berwujud doa dalam sujud terakhir. Keinginan
bertemu hanya mampu berakhir pada kyahalan: cita-cita. Berwujud bayang-bayang
merajah nyata. Doaku untuk kita, kasih, adalah rela dan kekuatan yang kencang,
dan kebahagiaan berpesta dalam kenanga. Bukan duka menyelimuti mawar hitam itu.
Ingatan ini kasih, terpatri dalam ruang
indah sel darah. Mengalir seadanya dan seterusnya. Ingatan ini kasih, berada
dalam tubuhku penuh manis. Tak ada sesal sayang, kita akan bersama lagi suatu
hari. Dalam hening yang kita temukan. Ingatan ini, membawa perih yang
mengingatkanku: betapa aku mencintaimu. Luka, adalah salah satu batas yang
teringat tentang kadar cinta.
Dalam batas pikiran tentang sesudung,
persimpangan, doa dan ingatan, aku menyimpan sekecup hangat yang menggebu,
untuk kuberikan di kehangatan pagi. Cinta ini kasih, tersimpan rapih dalam
sumbu rayu. Siapkan sesudung jingga itu, sebagai petak selubung harapan bahagia
dunia kita.
27 November 2007
No comments:
Post a Comment