Tuesday, August 29, 2017

Pulang

Setiap kali aku mendengar kata pulang, ada kamu melintas sekejap dalam benak

Pulang, itu selalu kamu

Dan lalu...
Air mata tak mungkin lagi kini
Bicara tentang rasa
Bawa aku pulang, rindu!
Segera!

Jelajahi waktu
Ke tempat berteduh hati kala biru

Dan lalu...
Sekitarku tak mungkin lagi kini
Meringankan lara
Bawa aku pulang, rindu!
Segera!

_float-pulang_

karena aku hidup disatu alam yang bukan nyata dan selalu kamulah yang menjambakku pulang ke dunia.

Ingat nyata, aisha. Dan karena disini kamu bukan Aisha, jadi sadarlah. Ini bukan kita: aku dan kamu takkan pernah jadi kita. Dan disini kamu bukan Aisha, tapi biarlah aku menjadi sosok Mas selamanya. Hidup dibenakmu menjadi jelmaan aku yang kamu mau. Panggilah aku dan selalu aku akan hadir untukmu. Tapi jangan cari aku di dunia, karena ini bukan dunia kita.

Menerima kenyataan bahwa aku hidup di dunia yang nyata sangatlah sulit. Terlebih ketika kamu tidak ada. Jadikanlah kamu ada untukku. Aku ingin kamu. Kamu saja yang ada disini. Aku ingin kamu. Aku ingin pulang ke dunia kita. Kamar itu. Suasana itu. Biarlah susah tapi kita punya dunia kita sendiri. Aku tak ingin terus disini. Aku ingin pulang. Pulang itu kamu. Aku ingin kamu. Kamu itu rumahku.

Sudahkah kau bangun rumah untuk kita di tepi hutan yang pinggirnya jalan raya sepi?

Kadang aku ingin pergi saja, tiba-tiba muncul di depan pintu rumahmu dan tak lagi kembali ke dunia. Aku ingin kepadamu saja. Bersandar di tubuhmu yang selalu hangat. Itu saja. Aku rindu kamu. Aku ingin pulang

Monday, August 28, 2017

3 Oktober 2008

Mas, seharusnya kau tak pergi. Karena lelaki yang kutunggu di stasiun tak pernah datang. Dan dibuatnya aku sendiri kini. Mas, seharusnya kau ada disini, seharusnya kau memelukku saat ini. Aku merasa sangat sendiri Mas. Seperti masa-masa genting itu. Seperti ketika mereka mengusirmu, dan seperti ketika aku memintamu pergi. Aku merasa terpelanting.
Seharusnya kau tak pergi Mas, karena lelaki itu tak pernah datang. Dan kini aku harus mengusap air mataku sendiri, menghangatkan diri dengan pikiran menyenangkan yang harus kubuat ada, dan dengan sinar matahari menerpa ilalang yang kuat.
Tapi seharusnya kau tak pergi Mas, seharusnya kau tak pergi.


29 Agustus 2017

9 Tahun berlalu, dan penyesalanku masih sama

menghayati Sapardi

Kalau aku dihadapkan pada kewajiban ataukah puisi, tentulah aku memilih puisi. Puisilah yang menarikku dari lubang depresi menuju kehangatan, tapi juga justru menerpurukkanku lebih dalam di nestapa. Puisi membangunkanku dari tidur tapi juga membuatku terlelap nyaman

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada angin yang menjadikannya abu

Terlebih lagi sapardi, yang mengulaskan senyumku dimalam ini. Dengan lantunan dua ibu yang suaranya melirih dan mendayu. Membawakan puisi-puisi sapardi lebih berimaji dalam benakku. Musik dan puisi adalah dua hal yang menyelamatkanku dengan menghadirkan tangisku.

Sudah berapa lama ini aku merasakan pedih dari luka lama yang ku kopeki. Gatal. Hanya itu alasannya. Luka itu terlihat jelas dalam hatiku yang terluka. Ku koreki. Luka lagi. Dan senyumanlah yang muncul kemudian. Mengapa pedih itu begitu indah. Karena kemudian aku dengan sangat lihai merekayasa semua rindu dan sepi menjadi sebongkah cerita indah.

Setiap sore kutunggu pria itu datang. Terlebih ketika hujan. Tapi ia tak pernah ada. Mungkin harus menunggu jasadku menjadi abu sebelum ia akan benar-benar hidup. mungkin aku terlalu banyak bermimpi...

Aku lelah merasa lelah
Dan aku sedih karena terus merasa sedih
Aku lelah merasa sedih
Dan sedih karena aku selalu lelah

Aku lelah pada rindu yang tak berujung temu
Lelah pada realita yang mulai membungkam imaji
Lelah pada usaha-usaha
Lelah

Aku sedih mengingat lugu yang terenggut
Sedih karena bayangan yang terus menguak
Sedih, pada apa-apa yang terlanjur

Bagaimana jika sampai suatu hari nanti, aku tetap tak bisa menemukan alasan?
Bagaimana jika sampai suatu hari nanti, luka masih saja kujadikan pertanda hidup?
Bagaimana jika sampai suatu hari nanti, aku masih saja disini?

Pada pijakan yang sama dengan 10 tahun silam
Pada rasa yang sama
Pada kanak-kanak dan ego yang tak mau keluar
Kurasa, dewasa tak bisa jadi pilihan ku.

Bisakah aku kembali saja?

Aku dibesarkan oleh para serigala, melihat seleksi alam. Yang kuat yang bertahan. Dan disinilah aku kini, berhasil bertahan. Keinginanku ku...