Pada pertentangan antara hati dan otak, hati selalu menang. Ia selalu berhasil membelokkan jalanku. Dari kehidupan nyata menuju omong kosong fatamorgana.
Hati selalu menang. Selalu berhasil membuatku tampak seperti wanita dungu. Memang. Ketika berurusan dengan cinta, aku selalu buta. Dungu.
Aku memilih untuk tidak menggunakan logika.
Dua hal itu, cinta dan logika, tak pernah bisa berjalan beriringan
Setidaknya begitulah dalam hidupku.
Pernah satu kali, aku mengesampingkan cinta dan memilih logika. Berat, susah payah aku meneriakkan kata pisah dan memilih logika.
Dan mulai saat itu aku berada dalam nestapa. Merasa tak bahagia, merindukan cinta.
Merasa di perkosa
Kali ini, walau tak ada lagi pintu terbuka, biarkanlah aku mengintip dari jendela, mengulurkan tangan dari jeruji teralis, berusaha memenangkan cinta diantara semua nyata yang janggal.
Kehidupan dua sisi.
Aku untuk mereka. Dan aku untuk diriku sendiri.
Gila, kata mu.
Berusaha waras, kataku
No comments:
Post a Comment